1. Macam-macam
Teknik Pengumpulan Data
a.
Angket (Kuesionare)
Angket adalah daftar
pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan
permasalahan penelitian. Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian survai,
penggunaan angket merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan data di
lapangan. Hasil kuesioner inilah yang akan diangkakan (kuantifikasi), disusun
tabel-tabel dan dianalisa secara statistik untuk menarik kesimpulan penelitian.
Tujuan pokok
pembuatan kuesioner adalah (a) untuk memperoleh informasi yang relevan
dengan masalah dan tujuan penelitian, dan (b) untuk memperoleh informasi dengan
reliabel dan validitas yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti
dalam menyusun kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai
dengan hipotesa dan tujuan penelitian.
Menurut Suharsimi
Arikunto, sebelum kuesioner disusun memperhatikan prosedur sebagai berikut:
1) Merumuskan
tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2) Mengidentifikasikan
variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3) Menjabarkan
setiap variabel menjadi sub-sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
4) Menentukan
jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus unit analisisnya.
Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kuesioner, antara lain:
1) Pertanyaan-pertanyaan
yang disusun dalam kuesioner juga harus sesuai dengan variebel-veriabel
penelitian, yang biasanya sudah didefinisikan dalam definisi operasional, yang
mengandung indikator-indikator penelitian sesuai dengan permasalahan
penelitian.
2) Tiap
pertanyaan dalam kuesiner adalah bagian dari penjabaran definisi operasional,
sehingga dapat dianalisa dengan tepat untuk menjawab permasalahan penelitian.
Dalam kusioner,
pertanyaan-pertanyaan yang diajaukan biasanya pertanyaan mengenai hal-hal
sebagai berikut:
1)
Pertanyaan tentang fakta. Misalnya umur, pendidikan, status dan agama
2)
Pertanyaan tentang pendapat dan sikap, yang menyangkut masalah perasaan dan
sikap respondsen tentang sesuatu
3)
Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan yang menyangkut apa yang diketahui
oleh responden
4)
Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya diri dalam
hubungannya dengan orang lain.
Ditinjau dari segi
cara pemakain kuesioner, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh peneliti,
antara lain:
1)
Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden
2)
Kuesioner diisi sendiri oleh responden
3)
Wawancara melalui telepon
4)
Kuesioner dikirim melalui pos.
Bagaimana
merumuskan/menyusun angket?, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain:
1)
Pakailah bahasa yang sederhana yang dapat dipahami oleh responden.
2)
Pakailah kalimat yang pendek yang mudah difahami.
3)
Jangan terlampau cepat menganggap bahwa responden telah memiliki pengetahuan
atau pengalaman tentang masalah penelitian.
4)
Lindungi harga diri responden.
5)
Bila ingin menanyakan suatu perasaan atau tanggapan yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan, tanyakan terlebih dahulu hal-hal yang menyenangkan.
6)
Pertimbangkan pertanyaan bersifat langsung atau tidak langsung.
7)
Tentukan pertanyaan terbuka atau tertutup.
8)
Masukkan hanya satu buah pikiran dalam tiap pertanyaan.
9)
Rumusan pertanyaan jangan sampai memalukan responden. (lihat, Nasution,
2006:135-137)
Contoh Angket......
1)
Angket Terbuka, yaitu angket dimana responden diberi kebebasan untuk menjawab
Contoh:
Metode apa yang digunakan oleh Bapak/ibu dalam pengajaran PAI dikelas?
a......................
b......................
c......................
d......................
2)
Angket Tertutup, apabila jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti.
Contoh:
Apakah Bapak/Ibu senantiasa memeriksa hasil pekerjaan anak dikelas?
a.
Selau
b.
Sering
c.
Jarang sekali
3)
Angket semi terbuka, yaitu jawaban pertanyaan sudah diberikan oleh peneliti, tetapi
diberi kesempatan untuk menjawab sesuai kemauan responden
Contoh: Apa metode
yang Bapak?Ibu gunakan dalam pengajaran PAI
a.
Diskusi
b.
Ceramah
c.
............
b.
TES
Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
Ditinjau dari sasaran
atau obyek yang akan dievaluasi, ada beberapa macam tes dan alat ukur.
1)
Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk
mengungkap kepribadian seseorang, seperti self–concept, kreativitas,
disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya.
2)
Tes bakat atau abtitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
atau mengetahui bakat seseorang.
3)
Tes intelegensi atau intellegence test, yaitu tes yang digunakan untuk
mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur
intelegensinya.
4)
Tes sikap atau attitude test, yang sering disebut dengan istilah kala
sikap, yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai
sikap seseorang.
5)
Tes minat atau measures test yaitu tes yang digunakan untuk
menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
6)
Tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
c.
Wawancara
Wawancara merupakan
proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan
wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali
pemikiran atau pendapat secara detail. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
wawancara diperlukan ketrampilan dari seorang peneliti dalam berkomunikasi
dengan responden. Seorang peneliti harus memiliki ketrampilan dalam
mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut
dalam menyampaikan wawancara. Seorang peneliti juga harus bersikap netral,
sehingga responden tidak merasa ada tekanan psikis dalam memberikan jawaban
kepada peneliti.
Secara garis besar
ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:
1)
Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini perlu adanya kreativitas pewawancara
sangat diperlukan, bahkan pedoman wawancara model ini sangat tergantung pada
pewawancara.
2)
Pedoman pewawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai chek-list. Pewawancara hanya tinggal memberi
tanda v (check).
Dalam pelaksanaan
penelitian dilapangan, wawancara biasanya wawancara dilaksanakan dalam bentuk
”semi structured”. Dimana interviwer menanyakan serentetan pertanyaan yang
sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam menggali
keterangan lebih lanjut. Dengan model wawancara seperti ini, maka semua
variabel yang ingin digali dalam penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap
dan mendalam.
d.
Dokumen
Data dalam penelitian
kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources,
melalui observasi dan wawancara. Sumber lain yang bukan dari manusia (non-human
resources), diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Dokumen terdiri bisa
berupa buku harian, notula rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan, peraturan
pemerintah, anggaran dasar, rapor siswa, surat-surat resmi dan lain sebagainya.
Selain bentuk-bentuk
dokumen tersebut diatas, bentuk lainnya adalah foto dan bahan statistik. Dengan
menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu situasi pada detik tertentu
sehingga dapat memberikan informasi deskriptif yang berlaku saat itu. Foto
dibuat dengan maksud tertentu, misalnya untuk melukiskan kegembiraan atau
kesedihan, kemeriahan, semangat dan situasi psikologis lainya. Foto juga dapat
menggambarkan situasi sosial seperti kemiskinan daerah kumuh, adat istiadat,
penderitaan dan berbagai fenomena sosial lainya.
Selain foto, bahan
statistik juga dapat dimanfaatkan sebagai dokumen yang mampu memberikan
informasi kuantitatif, seperti jumlah guru, murid, tenaga administrasi dalam
suatu lembaga atau organisasi. Data ini sangat membantu sekali bagi peneliti
dalam menganalisa data, dengan dokumen-dokumen kuantitatif ini analisa data
akan lebih mendalam sesuai dengan kebutuhan penelitian.
d.
Observasi
Agar observasi yang
dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal, maka perlu dilengkapi
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Dalam pelaksanaan observasi,
peneliti bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga harus mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.
Seorang peneliti
harus melatih dirinya untuk melakukan pengamatan. Banyak yang dapat kita
amati di dunia sekitar kita dimanapun kita berada. Hasil pengamatan dari
masing-masing individu akan berbeda, disinilah diperlukan sikap kepekaan calon
peneliti tentang realitas diamati. Boleh jadi menurut orang lain realitas yang
kita amati, tidak memiliki nilai dalam kegiatan penelitian, akan tetapi munurut
kita hal tersebut adalah masalah yang perlu diteliti.
Observasi dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi partisipasi dan non-partisipan.
Observasi partisipasi dilakukan apabila peneliti ikut terlibat secara langsung,
sehingga menjadi bagian dari kelompok yang diteliti. Sedangkan observasi non
partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana peneliti tidak menyatu
dengan yang diteliti, peneliti hanya sekedar sebagai pengamat.
Menurut Nasution, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi, antara
lain:
1)
Harus diketahu dimana observasi dapat dilakukan, apakah hanya ditempat-tempat
pada waktu tertentu atau terjadi diberbagai lokasi?
2)
Harus ditentukan siapa-siapa sajakah yang dapat diobservasi, sehingga benar-benar
representatif?
3)
Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan sehingga relevan
dengan tujuan penelitian.
4)
Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data, terutama berkaitan dengan
izin pelaksanaan penelitian.
5)
Harus diketahui tentang cara-cara bagaimana mencatat hasil observasi.
0 Kritik & Saran:
Posting Komentar