Agama dan Masyarakat
Agama pada lazimnya bermakna kepercayaan kepada Tuhan, atau
sesuatu kuasa yang ghaib dan sakti seperti Dewa, dan juga amalan dan institusi
yang berkait dengan kepercayaan tersebut. Agama dan kepercayaan merupakan dua
pekara yang sangat berkaitan. Tetapi Agama mempunyai makna yang lebih luas,
yakni merujuk kepada satu sistem kepercayaan yang kohensif, dan kepercayaan ini
adalah mengenai aspek ketuhanan.
Kepercayaan yang hanya
melibatkan seorang individu lazimnya tidak dianggap sebagai sebuah agama.
Sebaliknya, agama haruslah melibatkan sebuah komuniti manusia. Daripada itu,
Agama adalah fenomena masyarakat boleh dikesan melalui fenomena seperti yang berikut:
• Perlakuan : seperti
sembahyang, membuat sajian, perayaan dan upacara.
• Sikap : seperti sikap hormat,
kasih ataupun takut kepada kuasa luar biasa dan anggapan suci dan bersih
terhadap agama.
• Pernyataan : seperti
jambi,mantera dan kalimat suci.
• Benda-benda material : yang
zahir seperti bangunan. Contohnya masjid, gereja, azimat dan tangkal.
Salah satu lagi ciri agama
ialah ia berkaitan dengan tatasusila masyarakat. Ini bermakna agama bukan
sahaja merupakan soal perhubungan antara manusia dengan tuhan, malah merupakan
soal hubungan manusia dengan manusia. Ciri-ciri ini lebih menonjol di dalam
agama universal, daripada agama folk. (sila lihat dibawah)
Manusia yang tidak tidak
mempercayai adanya tuhan dan menolak semua kepercayaan beragama pula dipanggil
ateisme.
Fungsi Agama dalam Masyarakat
Untuk
mendefinisikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting yang selalu
dipelajari, yaitu kebudayaan, system social, dan kepribadian. Ketiga aspek
tersebut merupakan kompleks fenomena social terpadu yang pengaruhnya dapat
diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan, sejauh mana fungsi
lembaga agama dalam memelihara system, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan
system, dan sejauh manakah agama dalam mempertahankan keseimbangan pribadi
melakukan fungsinya. Pertanyaan ini timbul sebab, sejak dulu sampai saat ini,
agama itu masih ada dan mempunyai fungsi, bahkan memerankan sejumlah fungsi.
Teori
fungsional dalam melihat kebudayaan pengertiannya adalah, bahwa kebudayaan itu
berwujud suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan system social yang terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang
lain, setiap saat mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan,
bersifat konkret terjadi di sekeliling.
Fungsional
dalam konteks teori fungsional kepribadian. Kepribadian dalam hal ini merupakan
suatu dorongan, kebutuhan yang kompleks, kecenderungan bertindak, dan
memberikan tanggapan serta nilai dan sebagainya yang sistematis.
Teori
fungsionalisme melihat agama sebagai penyebab social yang dominan dalam
terentuknya lapisan social, perasaan agama, dan termasuk konflik social.
Tipe Kaitan Agama dengan Masyarakat:
- Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sacral
Masyarakat
tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama
yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok
keagamaan adalah sama.
- Masyarakat-masyarakat praindustri yang sedang berkembang
Keadaan
masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi
daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai
dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-
upacara tertentu.
- Masyarakat-masyarakat industri sekuler.
Masyarakat
industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua
aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik,
tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan
sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi
penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin
terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam
menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular
semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak
terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama,
praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh
agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau
pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat
negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative
factor).
Sumber :
0 Kritik & Saran:
Posting Komentar